Total Pageviews

Thursday 10 January 2013

Penanaman pohon Jabon

Penyiapan lahan yang tepat akan menghasilkan daya dukung lahan yang optimal untuk pertumbuhan jabon. Penyiapan lahan bertujuan untuk mempersiapkan tempat tumbuh sebaik mungkin bagi bibit jabon yang akan ditanam. Penyiapan lahan meliputi pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan lahan dari tumbuhan penggangu seprti semak belukar, alang-alang, rumput dan sisa-sisa tumbuhan yang telah mati. Selain itu pembersihan lahan juga dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida, misalnya Sodium Chlorate (5-10 g/m2) dan campuran 2,4 dichlorophrnoxyacetic acid dengan 2,4,5-trichlorophenoxy-acetic acid (1 g/m2).
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah biasanya diikuti dengan perbaikan tempat tumbuh agar mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dilahan yang kurang produktif. Kegiatan tersebut biasanya disebut ameliorasi. Ameliorasi dilakukan dengan memberikan unsur tertentu agar kualitas lahan meningkat dengan menggunakan pupuk organik, pupuk anorganik, kapur dan bahan mineral. Pupuk organik yang biasa digunakan seperti pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau, sedangkan pupuk anorganik yang digunakan seperti pupuk NPK, TSP, KCL dan SP36. Kapur biasanya diberikan sebanyak 100 gr/lubang tanam. Pemberian kapur digunakan untuk tanah atau lahan yang asam, tanah yang belum matang, serta lahan yang memiliki keterbatasan unsur hara Ca dan Mg. Bahan mineral yang dicampur dengan tanah untuk proses ameliorasi seperti tanah mineral, lumpur laut dan lumpur sungai. Pemberian bahan mineral berfungsi sebagai sumber hara mineral, menurunkan nilai KTK dan meningkatkan kejenuhan basa di tanah. Bibit jabon yang siap tanam ketika batangnya cukup berkayu dengan tinggi 25-30 cm. Jabon memerlukan ketersediaan air yang cukup agar pertumbuhannya optimal, sehingga waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan untuk menghemat biaya pengairan dan meminimalisir kematian bibit akibat kekeringan. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3x3 m untuk penanaman monokultur. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam
berukuran 40 x 40 cm. Selain penanaman monokultur, jabon juga dapat ditanam secara tumpang sari dengan tanaman hortikultura yang dapat dipanen lebih cepat seperti kacang-kacangan, talas, jagung dan nanas. Jarak tanam yang dianjurkan untuk  penanaman campuran (tumpang sari) 4x4 m atau 4x6 m. Sebagai pupuk awal benamkan 50 g NPK/tanaman. Berikan pupuk urea 50 g/tanaman setiap 6 bulan selama 3 tahun pertama. Pada umur tanam 3 tahun dosis urea dapat ditingkatkan menjadi 80 g/tanaman. Pemeliharaan tanaman dilapangan berupa pendangiran (penggemburan tanah), penyulaman (pada tanaman yang mati), penyiangan (pembebasan dari rumput liar) dan pemupukan. Pada awal penanaman, dapat dilkukan perawatan awal setelah tanam yaitu dengan menyemprotkan pestisida setiap 1-2 minggu sekali selama 3-4 bulan agar daun muda tidak dimakan ulat. Penyiangan juga harus sering dilakukan dengan tujuan agar pertumbuhan jabon tidak kalah dengan gulma. Jenis-jenis tanah yang cocok bagi pertumbuhan jabon diantaranya yaitu tanah ultisol, oxisol, alfisol, vertisol, andisol, inceptisol, spodosol dan entisol. Tanah ultisol (podsolik merah kuning) memiliki lapisan tanah liat dibagian bawah dan bersifat asam. Tanah oxisol merupakan jenis tanah tua sehingga kandungan mineralnya hanya sediki dan mudah lapuk. Tanah andisol berwarna kehitaman, umunya terdapat dilereng gunung berapi dengan tingkat kesuburan yang cukup baik. Tanah spodosol merupakan jenis tanah yang memiliki tingkat kesuburan lebih rendah dibandingkan dengan tanah andisol dan bersifat lembab atau basah. Suhu lingkungan optimum untuk pertumbuhan jabon sekitar 21- 260 C. Meskipun dapat tumbuh sampai ketinggian 1000 m dpl, beberapa petani jabon menyatakan bahwa jabon dapat tumbuh sampai pada ketinggian 1500 m dpl. Beberapa hasil penelitian mengatakan bahwa jabon yang ditanam didataran rendah menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan jabon yang ditanam di daerah pegunungan. Curah hujan tahunan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan jabon berkisar antara 1.500-5.000 mm/th, namun demikian jabon mampu bertahan saat musim kemarau hingga tiga bulan tanpa mengalami kerusakan. Jabon sangat membutuhkan cahaya matahari yang konstan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Proses fotosintesis yang menghasilkan sumber energi untuk pertumbuhannya dipengaruhi oleh cahaya matahari, sehingga jabon sangat cocok ditanam di areal terbuka. Jabon yang ditanam pada areal yang ternaungi, pertumbuhannya menjadi agak terhambat (bentuk pohonnya tinggi tetapi kurus).

sumber: badan penelitian kehutanan Manado


Untuk pemesanan bibit Jabon. Hub. Hartono Hp. 0823-78000858 pin 2A6F3EA2


Dapatkan harga lebih murah dengan pemesanan secara  INDEN 2.5 bulan min 10 ribu bibit.

No comments:

Post a Comment